1 Juta Lebih Orang di Dunia Meninggal karena COVID-19

Rabu, 30 September 2020 - 22:00 WIB
loading...
1 Juta Lebih Orang di...
Hingga Senin (28/9) malam, jumlah kematian global akibat COVID-19 tercatat sebesar 1.000.555 jiwa. Foto Ilustrasi/Istimewa
A A A
JAKARTA - Menurut data Universitas Johns Hopkins, lebih dari 1 juta orang di seluruh dunia telah meninggal dunia karena COVID-19.

Hingga Senin (28/9) malam, jumlah kematian global tercatat sebesar 1.000.555 jiwa. Amerika Serikat (AS) menyumbang lebih dari 20% pada jumlah kematian global ini atau yang tertinggi, dengan angka 205.131 kematian. Kematian terkait virus corona pertama kali terjadi di Kota Wuhan, China, pada 9 Januari 2020.

Di seluruh dunia, setengah juta kematian dilaporkan dalam kurun waktu 24 minggu setelah itu, tepatnya pada 28 Juni 2020. Hanya butuh sekitar 13 minggu untuk menggandakan jumlah tersebut. ( )

Penghitungan Johns Hopkins menunjukkan bahwa AS, Brasil, India, dan Meksiko menyumbang lebih dari 50% kematian di seluruh dunia.

Di AS, kasus COVID-19 terus meningkat dengan 21 negara bagian melaporkan lebih banyak kasus baru minggu lalu dibandingkan minggu sebelumnya, menurut data dari Johns Hopkins. Hanya 10 negara bagian yang menunjukkan tren penurunan dalam kasus baru COVID-19 yakni Arizona, Florida, Georgia, Tennessee, Virginia, Connecticut, Vermont, New Hampshire, Delaware, dan Maryland, sementara 19 negara bagian bertahan di angka yang sama.

"Tidak hanya jumlah infeksi yang terus meningkat. Ini juga karena tingkat positif tes cenderung ke arah yang salah," kata dokter pengobatan darurat Dr. Leana Wen, seperti dilansir dari CNN, Rabu (30/9).

Tingkat positif tes adalah persentase hasil tes yang ternyata positif. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah merekomendasikan tingkat positif tes tetap pada atau di bawah 5% selama setidaknya 14 hari sebelum bisnis dibuka kembali.

"Kami melihat lebih dari selusin negara bagian dengan tes positif yang lebih dari 10%. Dan ada dua negara bagian -Idaho dan South Dakota- di mana tes positif lebih dari 20%," jelas Wen.

Dr. Anthony Fauci, Direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular sekaligus Anggota Satuan Tugas Coronavirus Gedung Putih mengungkapkan, anak-anak menyumbang sekitar 10% dari kasus virus corona, tetapi orang harus tetap memerhatikan penyebaran virus pada kelompok usia itu.

"Anak-anak memang terinfeksi. Dan sebaiknya kita berhati-hati untuk mengabaikan infeksi pada anak-anak. Tidak jelas sejauh mana mereka menularkan virus," ungkap Dr. Fauci.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS menerbitkan laporan yang mengatakan COVID-19 di antara remaja usia 12-17 tahun hampir dua kali lipat besarnya dari kasus pada anak-anak usia 5-11 tahun. Laporan tersebut memasukkan data 277.285 kasus yang dikonfirmasi laboratorium di antara anak usia sekolah di AS dari 1 Maret-19 September 2020. ( )

Di antara kasus tersebut, 37% terjadi pada anak-anak usia 5-11 tahun dan 63% terjadi pada remaja. Data ini, menurut para peneliti, mungkin meremehkan kejadian sebenarnya dari penyakit di antara anak-anak usia sekolah, karena pengujian sering kali diprioritaskan untuk orang dengan gejala, dan mereka yang tidak memiliki gejala mungkin belum diuji.

Di sisi lain, pernikahan dan acara sosial juga telah menyumbang jumlah kasus COVID-19 di dunia.
(tsa)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1539 seconds (0.1#10.140)